Tujuan : Berlabuh di SurgaNya

 

112a1a0f41ea1eef8a6d2a3d70c64446

karena sejatinya berumah tangga itu, “saling”.

itu (saya anggap) nasehat seorang rekan kerja kepada saya, ceritanya karena makin banyak cerita penyelewengan, orang biasa sebut, perselingkuhan.

kenapa begitu ? nanti diceritakan.

5 tahun pernikahan adalah awal awal dimana penyesuaian terjadi, akan banyak kerikil kecil maupun besar yang akan menjadi penghalang dalam rumah tangga. entah itu karena laki laki yang ego atau perempuan yang perasa

itu adalah cerita lain dalam episode membahas kerumah tanggan. 5 tahun pertama biasanya banyak guncangan, sebagai wanita biasanya banyak kalian yang mengalah. kalau tidak pasti udah banyak ributnya, karena terkadang laki laki masih ‘merasa’ sendiri, ‘lupa’ kalau sudah berumah tangga, ada istri dirumah, “sek kepingin enom”, gitu katanya. lupa kalau kepentingan keluarga lebih didahulukan daripada kepentingan temennya. itu secuprit kesimpulan yang bisa diambil.

ada lagi rekan kerja yang berpendapat,

ahh, kalau 5 tahun 10 tahun itu sudah biasa, sama seperti awal awal rumah tangga, ibaratnya seperti menanam mangga, masih menyirami bersama sama, memupuk bersama sama, cari matahari bersama sama, karena visi misinya sudah sama. nah kalau udah 10 tahun lebih itu, biasanya disitu ujiannya, disitu bosennya, karena sudah tau luar dalemnya, ibarat e ngga ndelok ae lho wes ngerti nek iku bojone awak dewe. ibarat e ngono wes “bosen”.

nah, itu pendapat rekan kerja yang lain. kenapa diibaratkan menanam mangga ya ? entahlah. kayaknya menanam apa aja deh, yang butuh disirami, dipupuk i, disinari.

petikan pertama lahir dari kejadian yang akhir-akhir ini membuat publik bertanya akan status seseorang, eh, bukan seseorang, dua orang, statusnya, terakreditasi atau disamakan 😐 ??

jadi begini, saya menulis semoga bisa diambil ibrohnya yaa, semoga saya sendiri banyak mengambil hikmah dan pelajaran atas apa apa yang telah saya lalui dan orang sekitar saya lalui. mudah-mudahan.

jadi sebenarnya “trisno” itu jalaran soko endi ? hehe. kenapa seorang laki-laki mencari perempuan ‘lain’ yang sengaja atau tidak sengaja untuk dimasukkan kedalam kerumahtanggaan yang dia pimpin. kenapa ?

dari obrolan bersama teman kantor tadi, dia laki laki, sudah bapak bapak dengan anak anak yang telah dewasa. atas peristiwa yang akhir akhir ini terjadi sebagai laki laki yang sudah lama berumah tangga, mereka berdua ‘menyalahkan’ pihak laki laki. ahh, saya binggung mau menyebut ini persingkuhan atau apa. soalnya rasanya sudah jadi berita dimana-mana, soalnya makin diomongin kedua belah pihak makin menjadi, pun tidak ada klarifikasi.

Pak B : jadi sebenarnya apa yang dia cari ? apa cinta beneran atau nafsu semata ? lagian perempuannya, katanya tipenya tipe-tipe luar negeri, kok yang jadi ‘sasaran’ suami orang. laki-lakinya apa yang dicari. apa dia lupa anak istrinya dirumah ?

Mbak Y : lho Pak, saya bukan membela yang laki-laki ya atau yang perempuan atau istirya. tapi yang saya denger dari banyak temen laki-laki saya. Kalau laki-laki selingkuh, itu biasanya penyebabnya ada 2, tidak puas terhadap istri di rumahnya (seperti ada masalah rumah tangga) atau memang dia cinta dengan si perempuan ini ?

Pak B: Bukan begitu caranya kalau memang ada masalah, ini namanya menambah masalah baru, dan bukan begitu caraya kalau ada kekurangan dalam rumah tangganya. Yang tidak puas lah, yang istrinya kurang begini dan kurang begitu. Kalau memang begitu, yaa istrinya dinasehatin lah, dibilangin baik-baik, misal, “maa, coba deh sesekali dandan, atau pakai baju yang bagus” dan segala nasehat lain, sebagai kepala rumah tangga begitu yang saya lakukan jika melihat kekurangan istri saya. Namanya manusia itu pasti ada kurangnya, pasti! Suami ada kurangnya, istri ada kurangnya. Gimana mereka bisa saling mengisi kekurangan masing-masing, suami kurangnya apa, diisi oleh istri, istri kurangnya apa diisi oleh suami, saling menutupi masing-masing. Kalau suaminya ada kurang, istri memberitahu kekurangan suami dengan cara yang santun dan baik. Bukan mencari yang baru, mencari wanita baru. *ini sambil agak emosi ngomongnya*

Mbak Y : oohh begitu ya.

Saya : *cuma dengerin dan manggut-manggut*

Pak B : Dibalik lelaki yang hebat, pasti ada istri yang hebat juga disampingnya.

Saya sebagai pendengar yaaa gimana cuma bisa dengerin sambil belajar dari kejadian saat ini. Saya yang belum berumah tangga jadi bisa belajar banyak. Banyak sekali hal. Ahh memang benar, harta, tahta dan wanita adalah ujian. Gimana pola pikir lelaki, pola pikir wanita.

Tapi jika boleh mengambil kenapanya. Salah satu yang bisa menjadi penyebab adalah curhat, iya, curahan hati. Bisa jadi kan ? Ketika kita punya masalah dengan pasangan kita, kadang kita perlu bertukar pikiran, menyampaikan uneg-uneg, pilih orang yang benar, yang punya ilmu dan pengalaman lebih, dan yang bisa digaris bawahi adalah curhat itu kepada sesama jenis aja, kalau kita perempuan, kita curhat ke perempuan aja. Kalau toh dibutuhkan ‘pemahaman’ dan sudut pandang laki-laki dalam curhatan itu, biarlah teman kita itu menyampaikan kepada suaminya (untuk ditanyakan pendapatnya).
Walau kita sama sekali tidak punya niat untuk selingkuh. Namanya setan, ada aja cara membuat rumah tangga atau hubungan kita dengan orang lain hancur. Kita kalah pengalaman sama setan dalam hal seperti ini. Dia udah menggoda anak adam hingga jaman bapaknya, Nabi Adam, dan Nabi Adam serta Hawa aja tergoda, nah gimana kita (saya) yang imannya kek butiran debu ? Jangan sesekali nantangi setan :’). J A N G A N.
Kenapa nggak boleh kepada lawan jenis ? Begini, saya melihat dari sisi perempuan, misal saya perempuan yang curhat kepada teman lelaki saya, bisa dipastikan kita akan mendapatkan simpati, akan merasa dimengerti, selanjutnyaaaa mungkin kita akan merasa nyaman dan dekat. Nah! Selanjutnya ? apapun bisa terjadi.

Maka bekal takwa adalah sebaik-baik bekal dalam mengarungi perjalanan hidup, entah itu hidup sebagai anak, hidup sebagai pegawai, hidup sebagai saudara, hidup sebagai istri maupun sebagai suami.

Semua diuji dengan kadar imannya masing-masing, semua, jangan dikira hidup bakal lempeng-lempeng aja, karena pasti ada aja ujiannya.

Maka sebaik-baik bekal adalah juga ilmu. Bagaimana cara berumah tangga yang baik, bagaimana cara menjadi suami dan pemimpin yang bijak dan baik, bagaimana menjadi istri yang telaten, menjadi sekolah yang baik  bagi anak-anaknya nanti.

Maka ijinkan saya mengutip nasehat teman saya kepada teman saya yang lain dihari pernikahannya.

Rumah tangga itu laksana biduk atau kapal. Dan kehidupanmu adalah lautan. Disitu ada kamu dan suami yang jadi nahkoda dan juru mudinya.

Laut gak selalu tenang, kadang kapalnya sendiri ada masalah. Ngadat, mesin rusak, dkk. Kadang gangguan datang dari luar kapan. Ombak kecil sampai besar, badai gunung es, hingga kapal-kapal lain. 2 orang diatas tadilah yang harus pandai mengendalikan kapal.
Itulah makanya kenapa rumah tangga diibaratkan biduk.
Bukan mobil yang kalo mobil mogok, banyak yang bantu dorong atau derek sampai bengkel.
Bukan pesawat, kalau pesawat rusak ditengah penerbangan, kebanyakan harapannya cuma jatuh dan hancur.
Tapi kapal atau biduk, karena butuh 2 yang harus bahu-membahu menyelamatkan kapal itu dengan perannya masing-masing. Tanggung jawab semakin besar kalau kapal sudah berpenumpang. 2 orang itu yang harus terus menerus membawa kapal walau berbagai halangan menghadang hingga ke tujuan yaitu surga. Iya, surganya Allah.

Setelah menikah, tidak ada lagi aku dan kamu. Tapi KITA hidup yang tak lagi hanya keluargamu. Tapi juga keluarga suamimu. Berusahalah untuk bisa dekat dengan kedua-duanya.
Hormati yang lebih tua. Jangan malu bertanya dengan yang lebih dulu berumah tangga. Walau belum tentu lebih baik, paling tidak, mereka punya pengalaman lebih.

Adat istiadat, kebiasaan yang berbeda, mungkin sedikit sulit untuk dilalui. Tapi kamu punya ilmunya. In syaa Allah.. ini saatnya untuk beramal.

Nduk…
Ingat, suami istri tidak selalu bisa akur. Namanya 2 kepala, pasti banyak perbedaan pendapat. Jika salah satu meradang yang satu cobalah diam. Jangan ikut meradang. Sulit pasti. Tapi usahakan untuk bisa.

Pandai-pandai membawa diri di keluarga sendiri, di keluarga suami, dan di masyarakat. Saling menjaga kehormatan dengan suami. Saling menutup aib, dan tolong menolong dalam kebaikan demi ridho Allah.

Mungkin saya tidak berada diposisi mereka. Yang diuji dengan wanita, yang diuji dengan jatuh cinta kepada seorang laki-laki yang sudah bersuami.

Tapi mudah-mudahan ketika saya berlayar nanti, saya sudah punya ilmunya, saya hanya tinggal memastikan bahwa apa yang saya praktekkan nanti memang sesuai pedoman, agar kapal tidak tenggelam.

Maka semoga kita bisa menggambil hikmah dari kejadian dari sekitar kita yaa :).

Ilmu dan iman harus terus diupgrade, terus diperbaharui, jangan bosan menuntut ilmu. Tentang kerumah tanggaan, tentang tauhid, jangan bosan datangi kajian-kajian, tanya-tanya sama yang sudah berumah tangga, baca-baca buku tentang printilan-printilan rumah tangga, terus belajar menjadi suami dan istri dan ibu yang baik.

Teringat pesan seseorang di pelataran masjid Nabawi,

menuntut ilmu itu sampai badan kita menyatu dengan tanah

Kalau binggung siapa yang mesti dicontoh, rasanya-rasanya Rasulullah Shalallahu ‘allaihi wa sallam adalah sebaik-baik contoh. Dan ada banyak bidadari 2 negeri yang telah Allah catatkan dalam kitab pedoman dan buku-buku sejarah. Banyak sekali. Teladani itu, maka semoga kita juga bisa mencontoh dan bersama mereka nanti.

Dan kita, saat kapal berlayar nanti, semoga kapal kita bisa berlabuh hingga surga. SurgaNya Allah, melihat wajah Allah. Semoga dimudahkan :’)

ps : ditulis untuk diri sendiri, nasehat untuk diri sendiri. Oiya, terimakasih untuk mbak Lian atas nasehat pernikahan diatas yang di share di status FB :).

Oiya, ini hari rabu, jangan lupa ada waktu mustajabah untuk berdo’a, yaitu diantara waktu dhuhur dan ashar ( hr.ahmad 14603, disahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib, 1185)

sumber gambar : pinterest.

surabaya,

©sylviia.wordpress.com

Leave a comment